Kamis, 27 Agustus 2009

Reaksi Kimia Cinta



Seorang antropolog asal AS, namanya Helen Fisher, menemukan bahwa cinta bisa bikin orang jadi seneng dan terpacu kreativitasnya. Kadang juga jadi agak salting, deg-degan, jadi lebih PD, dan lain sebagainya. Semua itu dikarenakan reaksi romantis yang berasal dari kerja sejumlah hormon yang diproduksi otak.

Saat kontak mata berlangsung, pada saat itulah ada sebuah “kesan”. Ini dia fase pertama. Otak bekerja seperti sebuah komputer yang merekam sejumlah data dan mencocokkannya dengan data sebelumnya. Karenanya, saat itu mulailah seseorang mencari-cari sebab ketertarikannya kepada lawan jenis.
Fase kedua, muncul hormon phenylethelamine (PEA), (gag usa dihapalin gag papa Sob, mbacanya aja susah =D). Saat ada kesan, tiba-tiba senyum pun terlontar. Hormon doparmine dan norepinephrine yang juga terdapat dalam saraf manusia ikut nimbrung. Hormon-hormon inilah yang menjadi pemicu timbulnya gelora cinta. Tapi setelah dua-tiga tahun, efektivitas hormon-hormon ini mulai berkurang.

Fase ketiga, ini fase ketika cinta yang menggebu-gebu tadi mulai mereda. Yang tersisa hanyalah kasih sayang. Hormon endorphins, senyawa kimia yang identik dengan morfin, mengalir ke otak dan efek yang ditimbulkannya mirip dengan narkotika. Saat itulah, tubuh merasa damai, nyaman, tenang.

Nah, ternyata daya tahan PEA itu cuma sekitar empat tahun! Teori ini disebut Fisher sebagai four years itch. Sebagaimana sebuah reaksi kimia, maka setelah itu efek PEA gag berbekas lagi. Memang sih, cinta gag semata-mata muncul karena hormon aja. Banyak faktor sosial yang mempengaruhinya. Fisher, yang juga menulis buku Anatomy of Love, menemukan bahwa kasus-kasus perceraian muncul ketika telah mencapai empat tahun masa perkawinan. Kalau pun bertahan, pasti karena faktor-faktor yang lain.
Kalo qta pake itung-itungan sederhana, kayaknya asyik kali yawh! Misalnya aja, kalo ada orang yang pacarannya sudah tiga tahun, berarti kan cuma bisa bertahan setahun setelah menikah. Hhe ... Kalo pun sampai lamaaa pacarannya, berarti pasti ada faktor-faktor lain. Menurut Diane Lie, seorang psikolog, orang yang usia pacaran atau kehidupan perkawinannya lama, bisa bertahan karena faktor friendship, pertemanan. Kalau dipikir-pikir hal ini juga cocok dengan hukum Gossen. Bukankah ketika manusia berusaha memenuhi kebutuhan, maka lama-kelamaan akan mengalami kebosanan? Dan bukankah kebutuhan akan cinta, baik secara biologis, maupun maknawiyah, telah lebih dahulu diajarkan oleh الله dan RosulNYA dengan cara yang lebih anggun? Dan bukankah cinta yang abadi hanyalah bersumber pada Sang Pemilik Keabadian? Zat yang akan menjaga cinta orang-orang yang dikehendakiNYA yang berusaha menjaga kesucian cinta mereka?

Oleh karena itu, kalo yang masih pacaran sesumbar bahwa cintanya bakal abadi, kayaknya perlu dicek lagi deh. Apalagi, ekspresi cinta, yang mungkin lebih dominan kepada nafsu pada usia-usia muda, seharusnya dapat lebih indah dan agung dalam bingkai yang halal.

Ini bedanya dengan pernikahan tanpa pacaran. Pasangan yang menikah dengan kepahaman akan tanggung jawab dan juga bukan karena alasan “daripada pacaran” akan lebih mampu mempertahankan hormon cinta tadi. Karena dalam ikatan yang lebih resmi, ada ketenangan (sakinah) karena telah resmi ikatannya, lalu sakinah tadi muncul sebagai cinta yang naluriah (mawaddah) lalu sejalan dengan waktu, semakin mengenal maka pernikahan yang sehat akan menuju pada rahmah (kasih sayang) yang tulus, bukan lagi nafsu, mulai muncul persahabatan suami istri, saling mendukung.

Beda banget kan sama pacaran yang makin lama pacaran justru makin ragu buat menikah karena hormon cinta sudah “habis” di awal. “Habis” karena terlanjur dieksplorasi melalui perilaku-perilaku yang semestinya dilakukan oleh pasangan yang telah menikah.

و الله اعلم بالصّواب








Daftar pustaka ilustrasi :

  1. http://4.bp.blogspot.com/_z2Zb18Vpya8/ScTuMS_gWsI/AAAAAAAAAvQ/A5HdHzg-Pb8/s400/chemistry_of_love.jpg
  2. http://static.howstuffworks.com/gif/love-8.gif
  3. http://farm3.static.flickr.com/2405/2075833778_fc000de9b0.jpg?v=0

Tidak ada komentar: